Api Olimpiade di Olimpiade Musim Panas 2004 Athena.
Untuk orang-orang Yunani kuno, api mempunyai makna suci — ada anggapan bahwa api dicuri dari deaw-dewa oleh Prometeus. Oleh karena itu, api juga hadir di banyak tempat suci di Olympia, Yunani. Api dinyalakan secara abadi di altar Hestia di Olympia, Yunani. Selama Olimpiade, yang menghormati Zeus, api-api tambahan dinyalakan di kuilnya dan kuil istrinya, Hera. Api Olimpiade modern dinyatalakn di tempat di mana kuil Hera dulu berdiri.
Api baru muncul dalam Olimpiade modern pada 1928. Arsitek Belanda, Jan Wils, mencantumkan menara dalam rancangannya untuk stadion Olimpiade untuk Olimpiade Amsterdam 1928 dan muncul dengan gagasan untuk menyalakan api selama pertandingan berlangsung. Pada 28 Juli 1928 seorang pegawai dewan listrik Amsterdam menyalakan api Olimpiade yang pertama dalam apa yang disebut Marathontower, yang dikenal sebagai "asbak KLM" oleh masyarakat setempat.
Gagasan tentang api Olimpiade disambut dengan antusias, dan dimasukkan sebagai lambang Gerakan Olimpiade. Pejabat olahraga dan ilmuwan olahraga Jerman Carl Diem mengembangkan gagasan tentang estafet obor Olimpiade untuk Olimpiade Musim Panas 1936 di Berlin. Lebih dari 3.000 pelari membawa obor itu dari Olympia ke Berlin. Atlet lintasan dan lapangan Jerman Fritz Schilgen adalah orang terakhir yang membawa obor itu, menyalakan apinya di stadion. Estafet obor ini juga menjadi bagian dari Olimpiade.
Api Olimpiade menyala di Olimpiade Musim Dingin pada 1936 dan 1948, tetapi estafet obor pertama terjadi di Olimpiade Musim Dingin 1952 di Oslo. Api itu tidak dinyalakan di Olympia, tetapi api dinyalakan di Morgedal, Norwegia, di perapian di rumah Sondre Norheim, yang merintis olahraga ski. Api juga dinyalakan di sana pada 1960 dan pada 1994. Kecuali untuk 1956, estafet dimulai di Olympia, Yunani untuk semua Olimpiade Musim Dingin lainnya. Pada 1956, estafet dimulai di Roma.
Meskipun pada umumnya obor dengan api Olimpiade masih dibawa oleh pelari, obor ini juga dibawa dalam banyak cara lainnya. Api pertama yang dibawa dengan kapal pada 1948 menyeberangi Selat Inggris, dan diterbangkan dengan pesawat terang pada 1952, ketika api itu dibawa ke Helsinki. Pada 1956, pertandingan berkuda diadakan terpisah karena peraturan karantina yang ketat di Australia. Semua pembawa estafet obor itu pergi ke Stockholm, tempat nomor pertandingan ini diselenggarakan, dengan mengendarai kuda.
Cara-cara transportasi yang luar biasa dipergunakan pada 1976, ketika api itu diubah menjadi sebuah pulsa elektronik. Dari Athena, pulsa ini dibawa oleh satelit ke Kanada, dan di sana sebuah sinar laser digunakan untuk menyalakan kembali api itu. Pada 2000, obor itu dibawa di bawah air oleh para penyelam dekat Great Barrier Reef. Cara-cara transportasi luar biasa lainnya termasuk seorang Indian kano, unta, dan Concorde.[2]
Pada 2004, estafet global obor pertama dilakukan, dalam sebuah perjalanan yang berlangsung selama 78 hari. Api Olimpiade mencakup jarak lebih dari 78.000 km di tangan sekitar 11.300 pembawa obor, yang menempuh perjalanan ke Afrika dan Amerika Selatan untuk pertama kalinya, mengunjungi semua kota yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade dan akhirnya kembali ke Athena untuk Olimpiade Musim Panas 2004. Ketika api Olimpiade itu tiba di Stadion Panathinaiko, stadion Olimpiade Musim Panas 1896, untuk memulai estafet global obor, malam itu angin bertiup sangat kencang dan obor itu, yang dinyalakan oleh Komite Pelaksana Athena 2004 Gianna Angelopoulos-Daskalaki, tertiup mati oleh angin, namun dinyalakan kembali dengan menggunakan api cadangan yang diambil dari api upacara asli di Olympia. Ini adalah kali kedua api obor Olimpiade tertiup hingga mati. Kejadian pertama adalah di Olimpiade Musim Panas 1976 yang diselenggarakan di Montreal, Kanada. Setelah hujan lebat yang yang memadamkan api Olimpiade itu beberapa hari setelah pertandingan dibuka, seorang pejabat menyalakan kembali apinya dengan menggunakan pemantik rokoknya. Pihak penyelenggara segera mematikannya kembali dan kemudian menyalakannya ulang dengan menggunakan api cadangan dari api yang asli.
Cara lain untuk menarik perhatian adalah dengan menyalakan apinya di stadion. Pada Olimpiade Barcelona 1992, pemanah Paralimpiade Antonio Rebollo melepaskan sebatang anak panah yang terbakar melintasi kaldron dari sebuah panggung di ujung lainnya di stadion. Dua tahun kemudian, api Olimpiade dibawa ke stadion Lillehammer oleh seorang pelompat ski.
Tim hoki es Olimpiade AS 1980 memiringkan obor ke kaldron pada dasar menara ini, memulai rangkaian api yang menyalakan lingkaran-lingkaran jagged untuk menyalakan api di puncaknya, yang kemudian menyala sepanjang Olimpiade Musim Dingin 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar